Hukum Daging Aqiqah Untuk Resepsi Perkawinan dan Pesta Nikah (Bengkulu Aqiqah)
Assalamualaikum warohmatullahi
wabarokatuh.
Aqiqah memang merupakan sunnah, rencananya calon istri sy akan aqiqah pada saat
kami menikah, pertanyaannya:
1. Apakah boleh aqiqah saat menikah?
2. Ketika aqiqahnya saat menikah, apakah diperbolehkan masakan dagingnya
disajikan sbg tambahan menu makanan saat prasmanan utk para tamu yg menghadiri
akad / resepsi/ walimatul ursy
3. Bagaimana baiknya?
Terima kasih, semoga selalu mendapat berkah dan rahmah dari Allah, amin.
JAWABAN
1. Boleh. Sebenarnya pertanyaan yang lebih tepat bukan soal aqiqah saat menikah
atau tidak menikah tapi bolehkah aqiqah setelah baligh? Karena aqiqah umumnya
itu dilakukan sebelum baligh, bahkan saat bayi. Dan jawabannya adalah boleh dan
tetap sunnah aqiqah dilakukan saat usia dewasa.
Imam Nawawi dalam Al-Majmuk, hlm. 8/412, berkata:
قَالَ أَصْحَابُنَا: وَلَا تَفُوتُ بِتَأْخِيرِهَا عَنْ السَّبْعَةِ. لَكِنْ
يُسْتَحَبُّ أَنْ لَا يُؤَخِّرَ عَنْ سِنِّ الْبُلُوغِ. قَالَ أَبُو عَبْدِ
اللَّهِ الْبُوشَنْجِيُّ مِنْ أَئِمَّةِ أَصْحَابِنَا: إنْ لَمْ تُذْبَحْ فِي
السَّابِعِ ذُبِحَتْ فِي الرَّابِعَ عَشَرَ، وَإِلَّا فَفِي الْحَادِي
وَالْعِشْرِينَ، ثُمَّ هَكَذَا فِي الْأَسَابِيعِ. وَفِيهِ وَجْهٌ آخَرُ أَنَّهُ
إذَا تَكَرَّرَتْ السَّبْعَةُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَاتَ وَقْتُ الِاخْتِيَارِ. قَالَ
الرَّافِعِيُّ: فَإِنْ أَخَّرَ حَتَّى بَلَغَ سَقَطَ حُكْمُهَا فِي حَقِّ غَيْرِ
الْمَوْلُودِ. وَهُوَ مُخَيَّرٌ فِي الْعَقِيقَةِ عَنْ نَفْسِهِ قَالَ:
وَاسْتَحْسَنَ الْقَفَّالُ وَالشَّاشِيُّ أَنْ يَفْعَلَهَا
Artinya: Ulama Syafi'iyah menyatakan:
mengakhirkan aqiqah dari hari ketujuh tidak dianggap terlambat. Akan tetapi
disunnahkan tidak mengakhirkannya sampai usia akil baligh. Abu Abdillah
Al-Busyanji, salah satu ulama mazhab Syafi'i, berkata: Apabila aqiqah tidak
dilakukan pada hari ketujuh maka dilakukan di hari ke-14, kalau tidak pada hari
ke-21, demikian seterusnya kelipatan tujuh. Ada pendapat lain bahwa apabila
tujuh berulang sampai tiga kali maka habislah masa memilih. Imam Rofi'i
berkata: Apabila mengakhirkan aqiqah sampai akil baligh maka gugur hukum aqiqah
bagi selain anak yang lahir. Ia boleh akikah untuk dirinya sendiri. Imam Rafi'i
berkata: Al-Qoffal dan Al-Syasyi menganggap baik melakukannya (akikah untuk
diri sendiri)
2. Masakan daging dari aqiqah boleh digunakan
untuk apa saja dan diberikan kepada siapa saja. Baik dalam keadaan mentah atau
matang, namun menyuguhkan dalam keadaan matang lebih disunnahkan. Imam Nawawi
dalam Al-Majmuk, hlm. 8/411, menyatakan:
قال جمهور أصحابنا : يستحب أن لا يتصدق بلحمها نيئا بل يطبخه وذكر الماوردي أنا
إذا قلنا بالمذهب : إنه لا تجزئ دون الجذعة والثنية وجب التصدق بلحمها نيئا . وكذا
قال إمام الحرمين إن أوجبنا التصدق بمقدار من الأضحية والعقيقة وجب تمليكه نيئا ،
والمذهب الأول ، وهو أنه يستحب طبخه .
Artinya: Jumhur (mayoritas) ulama madzhab
Syafi'i berpendapat sunnah tidak mensedekahkan dagingnya dalam keadaan mentah,
tapi dimasak dulu. Menurut Al-Mawardi, wajib memberikan daging secara mentah.
Imam Al-Haramain berpendapat serupa. Madzhab yang terpilih adalah yang pertama
yakni sunnah memasak daging aqiqah.
Tentang bolehnya daging aqiqah untuk dikonsumsi
dalam acara walimah, Wahbah Zuhaily dalam Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, hlm.
4/287, menyebutkan sejumlah pendapat ulama sbb:
حكم اللحم كالضحايا، يؤكل من لحمها، ويتصدق منه، ولا يباع شيء منها. ويسن طبخها،
ويأكل منها أهل البيت وغيرهم في بيوتهم، وكره عند المالكية عملها وليمة يدعو الناس
إليها. ويجوز عند المالكية: كسر عظامها، ولا يندب. وقال الشافعية والحنابلة:يجوز
اتخاذ الوليمة، ولا يكره كسر العظام، إذ لم يثبت فيه نهي مقصود، بل هو خلاف
الأولى، ويستحب أن تفصل أعضاؤها، ولا تكسر عظامها، تفاؤلاً بسلامة أعضاء المولود،
لما روي عن عائشة، أنها قالت: «السنة شاتان مكافئتان عن الغلام، وعن الجارية شاة
تطبخ جُدولاً
Artinya: Hukum daging aqiqah seperti halnya
daging qurban boleh dimakan dagingnya (bila tidak berupa aqiqah wajib/nadzar)
dan disedekahkan sebagiannya, jangan ada yang dijual, disunahkan memasak
dagingnya dimakan sekeluarga dan lainnya dalam rumah. Menurut kalangan
Malikiyyah makruh hukumnya menjadikan aqiqah sebagai bentuk walimah dengan
mengundang orang menikmatinya namun menurut kalangan ini boleh memecah
tulang-tulang binatang aqiqah tapi tidak disunahkan. Menurut kalangan
Syafi’iyyah dan Hanabilah boleh dijadikan walimah karena tidak terdapat dalil
pelarangan tentangnya hanya saja hukumnya Khilaf Aula (menyalahi keutaman) tapi
tulang hewan aqiqahnya jangan dipecah sebagai bentuk pengharapan baik atas
keselamatan anggauta tubuh anak yang dilahirkan berdasarkan riwayat dari
‘Aisyah ra “Yang sunah untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sama sedang
anak perempuan seekor kambing dengan di masak per anggauta badan”
Hukum Daging Aqiqah Untuk Resepsi Perkawinan dan Pesta Nikah (Bengkulu Aqiqah)
0 komentar:
Post a Comment